Sebaik-baiknya penilai diri adalah diri itu sendiri.
Slogan singkat yang penuh makna ini mendasari para guru dan tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Ngestiboga 1 melakukan refleksi kinerja diri. Pada hari Kamis tanggal 19 Desember 2024, pada siang hari yang cerah setelah peserta didik menyelesaikan pembelajarannya, para guru dan tenaga kependidikan SD Negeri 2 Ngestiboga 1 berkumpul di ruang guru untuk mengisi lembar refleksi kinerja diri. Pengisian lembar refleksi ini difasilitasi oleh Plt Kepala Sekolah, Ibu Munasifatut Thoifah, S.Pd.

Sebelumnya, Ibu Munasifatut Thoifah menyusun instrumen refleksi yang harus diisi secara jujur oleh para guru dan tenaga kependidikan. Poin-poin penting dari kinerja yang direfleksi meliputi:
- kedisiplinan waktu;
- kepemimpinan kepala sekolah;
- urgensi permintaan izin;
- kebersihan lingkungan kerja;
- penerapan metode pembelajaran oleh guru.
- Sebagai guru/tenaga kependidikan, apakah saya sudah disiplin waktu?
- Kendala apa yang seringkali membuat saya susah menepati kedisiplinan waktu?
- Terkait dengan kedisiplinan waktu, keadaan ideal sekolah seperti apa yang saya inginkan?
- Menurut saya, kepala sekolah harus melakukan apa untuk meningkatkan kedisiplinan saya terhadap waktu?
- Pada semester selanjutnya, untuk meningkatkan kedisiplinan waktu, saya akan melakukan .............

Selama menjawab pertanyaan, para guru dan tenaga kependidikan terlihat menyimak dengan baik setiap butir pertanyaan.
Setelah terisi, lembar refleksi ditempelkan pada papan refleksi. Ibu Munasifatut Thoifah memfasilitasi para guru untuk bercurah pendapat mengenai kondisi ideal yang seharusnya diwujudkan oleh sekolah. Dari curah pendapat ini, tercetuslah komitmen bersama untuk memperbaiki mutu sekolah.


Terlihat para guru dan tenaga kependidikan begitu bersemangat memutuskan komitmen bersama tersebut. "Alhamdulillah, dengan menjawab kinerja diri secara jujur hingga mencari solusi penyelesaiannya, kami merasa tergugah untuk lebih berdedikasi. Kami semakin sadar kalau mengajar harus dilakukan sepenuhnya dengan hati. Ternyata tidak harus malu untuk jujur, 'kan banyak kawannya," ujar Ibu Nurul Hidayati, salah seorang guru, sembari tersenyum-senyum. Terlihat para guru lain mengiyakan pernyataan Ibu Nurul.
(***)